Selasa, 24 April 2018

Apakah Learning Management System (LMS) itu?


      Learning Management System (LMS) memiliki pengertian dasar sebagai aplikasi perangkat lunak yang secara otomatis dapat menangani administrasi, pelaksanaan, dan pelaporan dari sebuah aktifitas pelatihan (Ni’am, 2013)LMS adalah sebagai situs web pembelajaran. Oleh karena itu, tingkat akses diatur oleh tingkat yang berbeda dari tim pengajar serta siswa dan tamu. Semua anggota diberi akses, yang berarti mereka dapat mengunggah dan mengunduh materi di bagian konten dan mengomentari semua diskusi. Admin diberi akses sebagai instruktur, yang memungkinkan mereka mengubah desain fisik situs dan menambahkan anggota baru. Admin juga dapat menghapus posting forum diskusi jika diperlukan. Tingkat kontrol ekstra ini hanya diberikan kepada admin sebagai sarana untuk menjaga organisasi situs dan juga keamanan (Brandley, dkk. 2013).

      Menurut Szabo & Flesher, LMS adalah kerangka kerja yang menangani semua aspek dari proses pembelajaran. LMS adalah infrastruktur yang memberikan dan mengelola konten pembelajaran, mengidentifikasi dan menilai pembelajaran individu atau kelompok atau tujuan pembelajaran, menelusuri kemajuan untuk mencapai tujuan tersebut, dan mengumpulkan serta menyajikan data proses pembelajaran suatu kelompok atau kelas secara keseluruhan (Watson, 2007). LMS membantu untuk membentuk tugas kelompok di kelas terdiri dari masing-masing dan setiap siswa dari kelas dalam kelompok.Setiap siswa memodifikasi tugas dan akhirnya kontribusi mahasiswa tertentu diketahui dengan mudah (Alsakrisna, 2014).
     Berdasarkan beberepa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa LMS merupakan pembelajaran daring (online) berbasis web dengan maksud mencapai tujuan pembelajaran. LMS menyajikan konten materi, latihan soal, animasi dan simulasi serta evaluasi pembelajaran. Di samping itu, siswa dan guru meliki akses di dalam situs untuk berkomunikasi dalam proses pemebelajran baik melalui diskusi atau tatap muka via daring. Menurut Lillis LMS memiliki fungsi yaitu:
a. memusatkan dan mengotomisasi administrasi
b. mampu menyediakan layanan dan panduan yang dapat dilakukan oleh user sendiri, tanpa melibatkan orang lain
c. merangkai dan menyajikan konten pembelajaran secara berkala
d. menggunakan web-bases platform sebagai platform aplikasinya
e. mendukung kemudahan portabilitas dan standarisasi yang lebih baik
f. mengatur konten pembelajaran yang sifatnya reuse (Ni’am, 2013).

    Perangakt lunak LMS yang telah dibuat dapat digunakan sebagai bahan ajar tambahan dan kumpulan materi-materi, soal maupun evaluasi bagi guru maupun siswa SMA. Tampilan LMS dapat dilihat pada gambar berikut:

 (Wibowo, 2014)

      Secara garis besar, LMS memiliki dua tipe pengunjung, yakni pengunjung biasa dan yang kedua adalah pengguna, dimana pengguna ini pengunjung yang melakukan registrasi atau login ke dalam sistem LMS. Calon pengguna mengisikan data pada form pendaftaran, data yang dimasukkan kemudian akan diverifikasi oleh sistem, jika data telah valid maka akan berhasil terdaftar sebagai pengguna (Wibowo, 2014).
      Harashima  mengungkapkan bahwa manfaat LMS ialah mempromosikan "belajar aktif tidak terbatas waktu atau ruang kelas tertentu , " komunikasi antara instruktur dan siswa , " dan " pembelajaran kolaboratif antara siswa.  Menurut Tanmay Kulshrestha LMS memiliki manfaat yaitu:
a. konten isi dapat diulang lagi dan lagi sampai pembelajar memahami dengan benar
b. metode pembelajaran multimedia dapat digunakan tergantung pada penerimaan peserta didik
c. e-learning adalah budaya independen
d. belajar adalah fleksibel dalam hal timing dan penyelesaian silabus
e. pemecahan masalah individu adalah mungkin (Alsakrisna, 2014).
     LMS memiliki manfaat sebagai salah satu media pembelajaran yang berbasis daring. Siswa memiliki kebebasan dalam mengakses materi yang tersedia dalam bahan ajar yang diunggah oleh guru. Pembelajaran dapat dilakukan dimana saja. Diskusi mengenai suatu topik dapat dilakukan tanpa harus bertemu. Soal latihan dan evaluasi dapat dikerjakan dalam sistem tersebut. Akan tetapi, terdapat pula kelemahanya diataranya: beberapa materi yang sulit harus memerlukan tatap muka dan demontrasi langsung dari guru. Selain itu, koneksi internet harus stabil untuk mengakses lebih dalam suatu materi, meskipun beberapa materi dapat diunduh.

Referensi:

[1] Alsakrisna, Davi. 2014. Pengembangan Media Pembelajaran Learning Managament System (Lms) Berbasis Internet Pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Konsep Komunikasi Data Dalam Bus Dan Jaringan Local Area Network (LAN) di SMK Negeri 1 Jetis Mojokerto. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. 3, (2); 157-162.
[2] Bradley, Nicolette, Lorraine Jadeski, Genevieve Newton, Kerry Ritchie, Scott Merrett dan William Bettger. 2013. The Use of a Learning Management System (LMS) to Serve as the Virtual Common Space of a Network for the Scholarship of Teaching and Learning (SoTL) in an Academic Department. Education Science. 3; 136-146.
[3] Ni’am, Syaakir. 2013. Pengembangan Aplikasi Learning Management System (Lms)  Pada Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMP IT) Harapan Bunda Semarang. Journal of Informatics and Technology. 2, (1); 11-32.
[4] Watson, William R. dan Sunnie Lee Watson. 2007. An Argument for Clarity: What are Learning Management Systems, What are They Not, and What Should They Become?. TechTrends. 51, (2); 28-34.
[5] Wibowo, Agung Tri, Isa Akhlis dan Sunyoto Eko Nugroho. 2014.  Pengembangan LMS (Learning Management System) Berbasis Web untuk Mengukur Pemahaman Konsep dan Karakter Siswa. Scientific Journal of Informatics. 1, (2); 127-137.



Pendekteksi Kebocoran Gas (Simulasi Proteus dan Arduino) Gas Sensor MQ-2

Gambar di atas merupakan sketsa simulasi rancang bangun PENDETEKSI KEBOCORAN GAS. Simulasi ini menggunakan perangkat lunak Proteus ...