Learning
Management System (LMS) memiliki pengertian dasar sebagai aplikasi perangkat lunak
yang secara otomatis dapat menangani administrasi, pelaksanaan, dan pelaporan
dari sebuah aktifitas pelatihan (Ni’am, 2013). LMS
adalah sebagai situs web pembelajaran. Oleh
karena itu,
tingkat akses diatur oleh tingkat yang berbeda dari tim pengajar serta siswa
dan tamu. Semua anggota diberi akses,
yang berarti mereka dapat mengunggah
dan mengunduh materi di bagian konten dan mengomentari semua diskusi. Admin diberi akses sebagai instruktur, yang
memungkinkan mereka mengubah desain fisik situs dan menambahkan anggota baru. Admin juga dapat menghapus
posting forum diskusi jika diperlukan.
Tingkat kontrol ekstra ini hanya diberikan kepada admin sebagai sarana untuk
menjaga organisasi situs dan juga keamanan
(Brandley, dkk. 2013).
Menurut Szabo & Flesher, LMS adalah kerangka kerja yang menangani semua aspek
dari proses pembelajaran. LMS adalah infrastruktur yang memberikan dan
mengelola konten pembelajaran, mengidentifikasi dan menilai pembelajaran
individu atau kelompok atau tujuan pembelajaran, menelusuri kemajuan untuk mencapai
tujuan tersebut, dan mengumpulkan serta menyajikan data proses pembelajaran
suatu kelompok atau kelas secara keseluruhan (Watson, 2007). LMS
membantu untuk membentuk tugas kelompok di kelas terdiri dari masing-masing dan
setiap siswa dari kelas dalam kelompok.Setiap siswa memodifikasi tugas dan
akhirnya kontribusi mahasiswa tertentu diketahui dengan mudah (Alsakrisna, 2014).
Berdasarkan beberepa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa LMS merupakan pembelajaran daring (online) berbasis web
dengan maksud mencapai tujuan pembelajaran. LMS menyajikan konten materi, latihan
soal, animasi dan simulasi serta evaluasi pembelajaran. Di samping itu, siswa
dan guru meliki akses di dalam situs untuk berkomunikasi dalam proses pemebelajran
baik melalui diskusi atau tatap muka via daring. Menurut Lillis LMS memiliki
fungsi yaitu:
a. memusatkan dan
mengotomisasi administrasi
b. mampu menyediakan layanan
dan panduan yang dapat dilakukan oleh user sendiri, tanpa melibatkan orang lain
c. merangkai dan menyajikan
konten pembelajaran secara berkala
d. menggunakan web-bases
platform sebagai platform aplikasinya
e. mendukung kemudahan
portabilitas dan standarisasi yang lebih baik
f. mengatur konten
pembelajaran yang sifatnya reuse (Ni’am, 2013).
Perangakt lunak LMS yang telah dibuat dapat digunakan
sebagai bahan ajar tambahan dan kumpulan materi-materi, soal maupun evaluasi
bagi guru maupun siswa SMA. Tampilan LMS dapat dilihat pada gambar berikut:
(Wibowo, 2014)
Secara
garis besar, LMS memiliki dua tipe pengunjung, yakni pengunjung biasa
dan yang kedua adalah pengguna, dimana pengguna ini pengunjung yang melakukan
registrasi atau login ke dalam sistem LMS. Calon pengguna
mengisikan data pada form pendaftaran, data yang dimasukkan kemudian
akan diverifikasi oleh sistem, jika data telah valid maka akan berhasil
terdaftar sebagai pengguna (Wibowo,
2014).
Harashima
mengungkapkan
bahwa manfaat LMS ialah
mempromosikan
"belajar aktif tidak terbatas waktu atau ruang kelas tertentu , "
komunikasi antara instruktur dan siswa , " dan " pembelajaran
kolaboratif antara siswa. Menurut Tanmay
Kulshrestha LMS memiliki manfaat
yaitu:
a. konten isi dapat diulang lagi dan
lagi sampai pembelajar memahami dengan benar
b. metode pembelajaran multimedia dapat digunakan
tergantung pada penerimaan peserta didik
c. e-learning adalah budaya
independen
d. belajar adalah fleksibel
dalam hal timing dan penyelesaian silabus
e. pemecahan masalah
individu adalah mungkin (Alsakrisna, 2014).
LMS memiliki manfaat sebagai salah satu media
pembelajaran yang berbasis daring. Siswa memiliki kebebasan dalam mengakses
materi yang tersedia dalam bahan ajar yang diunggah oleh guru. Pembelajaran
dapat dilakukan dimana saja. Diskusi mengenai suatu topik dapat dilakukan tanpa
harus bertemu. Soal latihan dan evaluasi dapat dikerjakan dalam sistem tersebut.
Akan tetapi, terdapat pula kelemahanya diataranya: beberapa materi yang sulit harus
memerlukan tatap muka dan demontrasi langsung dari guru. Selain itu, koneksi
internet harus stabil untuk mengakses lebih dalam suatu materi, meskipun beberapa
materi dapat diunduh.
Referensi:
[1] Alsakrisna, Davi. 2014. Pengembangan Media
Pembelajaran Learning Managament System (Lms) Berbasis Internet Pada Kompetensi
Dasar Menjelaskan Konsep Komunikasi Data Dalam Bus Dan Jaringan Local Area
Network (LAN) di SMK Negeri 1 Jetis Mojokerto. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. 3, (2); 157-162.
[2] Bradley, Nicolette, Lorraine Jadeski, Genevieve
Newton, Kerry Ritchie, Scott Merrett dan William Bettger. 2013. The Use of a
Learning Management System (LMS) to Serve as the Virtual Common Space of a
Network for the Scholarship of Teaching and Learning (SoTL) in an Academic
Department. Education Science.
3; 136-146.
[3] Ni’am, Syaakir. 2013. Pengembangan Aplikasi Learning
Management System (Lms) Pada Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMP IT) Harapan
Bunda Semarang. Journal of Informatics and
Technology. 2, (1); 11-32.
[4] Watson, William R. dan
Sunnie Lee Watson. 2007. An Argument for Clarity: What are Learning Management
Systems, What are They Not, and What Should They Become?. TechTrends. 51, (2); 28-34.
[5] Wibowo, Agung Tri, Isa
Akhlis dan Sunyoto Eko Nugroho. 2014. Pengembangan LMS (Learning
Management System) Berbasis Web untuk Mengukur Pemahaman Konsep dan
Karakter Siswa. Scientific Journal of
Informatics. 1, (2); 127-137.